Integrasi Sistem P.T. Telkom

Sejak tahun 2002, P.T. telkom  sudah mempercayakan integrasi sistem dan aplikasi untuk kolaborasinya pada worxcode,  menurut Ikhsan, Manager Senior Pengembangan aplikasi Bisnis dan Sistem Pendukung PT Telkom, woxcode mengerjakan arsitektur sistem telkom yang mencakup 30 ribu karyawan secara nasional dengan beragam platform- mulai dari AIX, Unix, Solris, hingga windows untuk menjalankan 40 server. Rumitnya lagi, sistem di telkom dirancang untuk menyinergikan beragam aplikasi, mulai dari CRM, customer data management, dan modul sistem ERP (khususnya SDM dan sistem finansial)
Tahun 2006 adalah awal bagi Telkom, raksasa telekomunikasi Indonesia, untuk mengintegrasikan semua sistem teknologi informasi mereka. Dananya cukup Rp 900 Miliar. Indra Utoyo, Senior General Manager Information System Center PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., (Telkom), mengatakan bahwa setiap tahunnya dana untuk teknologi informasi (TI) dan sistem informasi di Telkom mencapai 3 persen dari pendapatan. Di tahun 2006 , pekerjaan TI di Telkom menurut Indra mulai menuju integrasi sistem TI yang digunakan. "Sejak November 2005 lalu kan sudah semuanya kembali ke Telkom," ujar Indra mengacu pada akuisisi Divre VII (Kawasan Timur Indonesia) dari Bukaka-Singtel ke Telkom. Gawe besar TI Telkom diberi bendera 'Infusion 2008', sesuai target rampungnya proyek ini di tahun 2008. "Tahun 2006 akuisisi platform sudah selesai.
Telkom menggunakan berbagai jenis teknologi pada sistem tersebut, mulai dari yang dikembangkannya sendiri hingga yang disediakan oleh vendor TI. Salah satunya, ujar Indra, adalah platform HP yang digunakan pada semua sistem billing Telkom. Indra mengatakan HP OpenView juga digunakan Telkom untuk menggelar Network Management System. OpenView merupakan brand HP yang mencakup berbagai jenis aplikasi dan solusi manajemen TI di lingkungan perusahaan besar. Dengan aplikasi Network Management System tersebut, lanjut Indra, Telkom bisa memantau jika terjadi masalah pada jaringannya di manapun di seluruh nusantara. Seperti ditunjukkannya, aplikasi tersebut bahkan bisa memantau hingga tingkat yang cukup detil seperti kondisi perangkat Telkom di sebuah Kecamatan. Menurut Indra, upaya Telkom melakukan integrasi sistem TI dilakukan demi memberikan layanan yang lebih baik bagi pelanggannya.
Telkom: Simplifikasi dan Integrasi Bisnis dengan Infusion
Teknologi informasi (TI) bagi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) bukan barang baru. Maklumlah, bisnisnya di bidang telekomunikasi membuatnya sangat erat dengan penggunaan TI. Namun, bukan berarti selama ini BUMN ini tak punya masalah dalam hal TI. Seperti diakui Indra Utoyo, Direktur TI/CIO Telkom, perusahaannya selama ini juga menghadapi beberapa masalah operasional di bidang TI, seperti sistem pendukung operasi, customer care dan billing systemyang masih berfokus pada produk, serta sistem aplikasi yang berbeda-beda dan terpisah di masing-masing divisi. Di luar itu, masih ada masalah yang tak kalah pelik. Karena operasional bisnisnya terbagi dalam 7 regional, tak gampang membuat sistem yang bersifat customer centric. Dan, mengingat Telkom pun listing di bursa New York, proses audit terhadap proses bisnis yang kompleks itu sangat rumit.
Adanya berbagai problem seperti itu, diakui Indra, membuat pelayanan Telkom kepada pelanggan tidak bisa optimal. Padahal, kompetisi di industri telekomunikasi kiwari semakin ketat. Karena itu, “Telkom harus mengubah sistem bisnisnya menjadi lebih simpel dan terintegrasi,” 
Pada 2005 Tim TI Telkom menginisiasi sebuah proyek yang disebut Infusion. Proyek yang menghabiskan dana Rp 155 miliar itu rampung dan go live pada 2008. Apa itu Infusion? Dijelaskan Indra, Infusion merupakan proyek transformasi TI Telkom mulai dari aspek operating support system, billing support system, customer support system hingga ERP yang terintegrasi dalam satu-kesatuan sistem. Tujuannya, mendukung proses bisnis perusahaan, mulai dari marketing, provisioning, network operation hingga collection. Melalui Infusion, Telkom melakukan simplifikasi, standardisasi dan integrasi sistem dalam proses bisnisnya secara nasional, serta secara end to end.
Sistem Infusion yang dibangun ini terdiri dari tiga sistem aplikasi penting. Pertama, TeNOSS (Telkom National Operation Support System), yaitu aplikasi operating support system yang berorientasi pada peningkatan layanan pelanggan. Fungsi utamanya adalah manajemen inventori, fulfilment dan assurance. Kedua,TiBS (Telkom integrated Billing System), yaitu sistem aplikasi pemrosesan billing bagi pelanggan Telkom secara terintegrasi untuk seluruh produk Telkom. Ketiga, TiCARES (Telkom integrated Customer Care System), yaitu sistem pendukung layanan untuk pelanggan (customer support) Telkom.
Penerapan Infusion ini telah memberikan hasil yang positif terhadap proses bisnis Telkom secara keseluruhan, yang bisa diukur dari tiga aspek. Pertama, aspek time-to-market. Kontribusi Infusion terhadap perusahaan berhasil mengubah dari pola layanan reaktif menjadi proaktif. Kedua, dari aspek troubles to solve, di mana ada kenaikan untuk Service Level Guarantee (SLG) availability dari 97% hingga 99,9%; SLG Mean Time To Repair dari 8 jam menjadi 3,5 jam; serta SLG Mean Time to Interrupt dari 14 jam menjadi 10 jam. Ketiga, dari aspek lead to cash, dulu cash collection report bisa membutuhkan waktu hingga 30 hari, sekarang hanya satu hari dan data dari seluruh Indonesia bisa dilihat.
Infusion telah memberikan terobosan dalam implementasi TI di Telkom. Sistem ini juga telah memberikan kenyamanan kepada pelanggan Telkom, karena proses bisnis utama telah terintegrasi. Seluruh unit yang ada di Telkom pun bisa merasakan dampaknya, seperti unit distribusi, channel, dan unit-unit pendukung seperti keuangan dan SDM. Penerapan Infusion juga dinilainya telah memberikan simplifikasi dan efisiensi terhadap bisnis Telkom. Berdasarkan hasil survei IT Governance Efficiency and Effectiveness yang diadakan McKinsey tahun 2008, Telkom berada di atas rata-rata perusahaan telekomunikasi di Eropa dan Asia. Dibandingkan operator Eropa dan Asia, Telkom  nomor 3 paling efektif dan ke-2 paling efisien.
Sejak tahun lalu Telkom telah melakukan transformasi, yang meliputi empat hal. Pertama, transformasi bisnis, yaitu dari bisnis infokom ke bidang telekomunikasi, informasi, multimedia dan entertainment (TIME). Kedua, transformasi infrastruktur, dari vertikal menjadi convert horizontal yang berbasis TI multilayanan. Ketiga, transformasi bisnis dengan Infusion. Dan keempat, perubahan kultur.
Namun, mantan Country Manager Cisco System Indonesia itu mengkritisi, meskipun Telkom berhasil dalam implementasi sistem TI-nya, banyak pelanggan yang tak begitu mengetahui keunggulan sistemnya. Ia mencontohkan layanan fixed charge Telkom yang tak begitu diketahui masyarakat konsumennya. Untuk itu, ia menyarankan Telkom bisa mengomunikasikan bahkan mempromosikan kemajuan yang telah dicapai dan keunggulan yang dimilikinya. “Tidak hanya dengan ATL (above the line), tetapi juga dengan interaksi one-on-one yang lebih intens
Keuntungan yang didapat :
-         -  Aplikasi, mulai dari CRM, customer data management, dan modul sistem ERP suadh bersinegri
-         -  Pemantauan jaringan telkom diseluruh nusantara menjadi mudah
-         -  Bisa memantau hingga tingkat yang cukup detil seperti kondisi perangkat Telkom di sebuah Kecamatan
-         - Transformasi TI Telkom mulai dari aspek operating support system, billing support system, customer    
        support system hingga ERP yang terintegrasi dalam satu-kesatuan sistem
-         - Telkom melakukan simplifikasi, standardisasi dan integrasi sistem dalam proses bisnisnya secara nasional,  
        serta secara end to end

0 komentar:

Posting Komentar